Foto Menjadi Ibu dengan Diabetes: Mengajarkan Anak-Anak Bahwa Mama Juga Bisa Rentan

Menjadi Ibu dengan Diabetes: Mengajarkan Anak-Anak Bahwa Mama Juga Bisa Rentan

Penulis : Anita Sabidi

Ibu sering digambarkan sebagai sosok penuh kekuatan, ketangguhan, dan pengorbanan tanpa akhir. Sebagai seorang ibu, kita diharapkan menjadi tiang penyangga keluarga—yang harus bisa mengendalikan segalanya, apapun yang terjadi. Tapi, hidup dengan diabetes tipe 1 selama lebih dari dua dekade telah mengajarkan saya bahwa menjadi ibu bukan berarti harus menjadi tak terkalahkan. Justru, salah satu pelajaran paling berharga yang bisa saya bagikan kepada anak-anak saya adalah bahwa mama mereka bukanlah superwoman. Saya bisa kuat, iya. Tapi saya juga bisa rentan. Dan itu tidak apa-apa.
 

Setiap hari dengan diabetes adalah sebuah upaya menjaga keseimbangan. Mengatur insulin, mengecek kadar gula darah, dan menghadapi ketidakpastian kondisi ini terasa seperti membawa beban yang tak terlihat. Namun, perjalanan ini bukan hanya milik saya sendiri—ini sudah menjadi urusan keluarga. Anak-anak saya tumbuh besar menyaksikan ritual harian saya: menyuntik insulin dan memantau kadar gula. Apa yang mungkin terasa rutin bagi saya, telah menjadi bagian dari kenangan masa kecil mereka—membentuk cara mereka memahami kasih sayang, tanggung jawab, dan empati.
 

Salah satu momen paling manis terjadi saat saya harus menyuntik insulin di tempat umum. Tanpa diminta, anak-anak saya langsung berdiri di sekeliling saya, melindungi saya dari tatapan penasaran. “Lindungi Mama!” kata mereka, membentuk lingkaran kecil saat saya menyuntik. Di momen-momen kecil itulah, saya melihat cinta mereka, kepedulian mereka, dan kesiapan mereka untuk menjadi penopang. Mereka adalah penjaga kecil saya, dan saya sangat menghargainya, lebih dari kata-kata yang bisa menggambarkannya.
 

Sebagian orang mungkin berpikir bahwa anak-anak seharusnya tidak perlu memikul tanggung jawab seperti itu. Tapi saya melihatnya secara berbeda. Dengan membagikan kerentanan saya kepada mereka, saya justru mengajarkan pelajaran penting tentang hidup: bahwa kekuatan bukan berarti berpura-pura tidak bisa hancur, tapi justru mengakui kebutuhan kita dan meminta dukungan. Bahwa merawat satu sama lain bukanlah beban, melainkan bentuk cinta.
 

Menjadi ibu dengan diabetes juga mengajarkan saya bahwa saya tidak harus memenuhi standar mustahil sebagai superwoman. Anak-anak saya tidak butuh sosok yang sempurna; mereka butuh sosok yang nyata. Mereka perlu melihat bahwa wajar untuk merasa kesulitan, untuk beradaptasi, dan untuk tetap melangkah meskipun menghadapi tantangan. Mereka perlu tahu bahwa ketangguhan sejati bukan berasal dari menyangkal kelemahan, tetapi dari keberanian untuk menghadapinya.
 

Jadi ya, saya adalah seorang ibu yang hidup dengan diabetes. Saya adalah seorang pengasuh, tapi saya juga seseorang yang membutuhkan perawatan. Dan dalam perjalanan ini, saya dan anak-anak saya belajar bersama—bahwa keluarga bukanlah tentang satu orang yang menanggung segalanya, tetapi tentang saling mendukung dalam setiap naik turunnya kehidupan.
 

Pada akhirnya, saya berharap anak-anak saya tumbuh besar dengan memahami satu hal ini: bahwa kekuatan terbesar mama mereka bukanlah menjadi supermanusia, tetapi menjadi nyata.

 


Ingin ikut berkontribusi? Silahkan kirim tulisan kamu ke diabetesinitiativeid@gmail.com
Follow Us